Apoteker vs Dokter. We are Partner, right?

14 March 2009
Beberapa waktu yang lalu... Salah satu stasiun televisi swasta sempat menayangkan siaran yang cukup berani. Berani menguak borok 2 profesi...
(Apoteker dan Dokter)



POLEMIK PUYER


Pada siaran ini digambarkan,saat pembuatan obat puyer, mortar dan stamper yang digunakan tidak dibersihkan terlebih dahulu,bekas menggerus bahan obat langsung ditimpa untuk menggerus bahan obat lain.
Pembagian obat puyer menjadi beberapa bungkus pun terkesan asal2an tanpa penimbangan...

Siaran ini pun menampilkan video dari candid camera yang menggambarkan seorang dokter yang langsung menanyakan pada pasiennya saat memasuki ruangan..."mau puyer,atau tablet?".
TANPA DIAGNOSA.atau basa basi ramah sebagai pendahuluan.....
stetoskop tergantung di dinding....
waktu konsultasi (yang tdk dapat dikatakan sebagai proses konsultasi) sangat singkat...
dan dokter dengan seenaknya..langsung memberikan obat (yang telah dipilih pasien) kepada pasien...jadi....ke dokter langsung dapat obat..yeah..how great...



Siaran yang rutin muncul di TV beberapa jam sekali ini memang menimbulkan banyak banget reaksi..
Dari berbagai pihak.


Dari sisi masyarakat:

Tentu sangat menyentak hati mereka....saat mereka tahu.. obat yang biasa dkonsumsi oleh anak2 mereka,bahkan diri mereka sendiri..dikuak cara pembuatannya. pembuatan yang dalam siaran,sangatlah terlihat parah.. Pembagian puyer yang terkesan dikira2 tanpa penimbangan juga sangat menyita perhatian masyaakat begitu pula dengan kasus tidak higienisnya alat penggerus (mortar dan stamper)....betapa...di mata masyarakat,,buruknya pembuatan obat puyer di apotek. mereka pasti bertanya2.... "ow my god,what should it be??that's not rational!so dirty...blablabla...". "beginikah kerja apoteker Indonesia??" Kasus dokter "aneh" pun ikut menimbulkan berjuta tanda tanya..."lho,gmana mereka bisa tau penyakit kita apa?mereka ga bertanya keluhan kita...blablabla..pantesan banyak malpraktek...seenaknya gni ya ternyata.dikira kesehatan main2 apa?"


Dari sisi dokter:

Dispensing obat (penyerahan obat langsung pada pasien) diperbolehkan kok....coba bayangin,kalo kita praktek di tempat terpencil,apotek jauh...pasien sangat membutuhkan obat...gmana?masa kita harus ke apotek yang letaknya jauh...menunggu apoteker membuat obat...dan menyaksikan penderitaan pasien lama2...?>>>komen dari temen yang kuliah di kedokteran.Tentang video itu... paling cuma ada 1 banding berapa juta di bumi...dokter kebanyakan tidak seperti itu,blablabla...jadi jangan mengambil kesimpulan buruk terlebih dahulu tentang kasus ini dan jangan langsung meng-under estimate-kan dokter. Bagaimana dengan apotekernya itu sendiri?mortar dan stamper ga dibersihkan dulu?emang gni ya kerjanya?


Dari sisi apoteker:

Pembuatan Obat,,dan penyerahan obat adalah wewenang kami sebagai APOTEKER.DOKTER hanya berhak menulis resep saja....apa itu?? dokter
bekerja tanpa mendiagnosa.menyerahkan obat pada pasien....ini menghina kami....menghina profesi kami...selain itu...merendahkan profesi mereka juga.... Mengenai siaran yang menggambarkan berantakannya proses pembuatan obat,saya yakin hanya sedikit sekali terjadi... Wartawan2 itu mencari apotek kecil di pelosok tanpa apoteker dan dengan suksesnya menyebarluaskan pada masyarakat dan berhasil memojokkan kami.apoteker rasional,yang tidak pernah membuat/meracik obat dengan cara seperti itu....Peracikan obat tentu ada caranya, CPOB...dan kami tidak melakukan apa yang tergambarkan dalam siaran itu...




Dari pandangan saya pribadi (yang sering ditanya oleh beberapa kawan dari fakultas lain mengenai polemik puyer ini):

Mungkin sebelum banyak berkomentar,sedikit akan saya jelaskan apa itu puyer...

"Puyer, atau dalam dunia kefarmasian biasa disebut pulvis atau pulveres merupakan sediaan obat berupa serbuk yang terdiri dari dua atau lebih campuran homogen obat yang digerus dan dibagi dalam bobot kurang lebih sama, dibungkus dengan kertas perkamen atau bahan pengemas. Racikan puyer ini bisa langsung dikonsumsi dengan dicampur air, biasanya untuk anak-anak atau bisa juga dimasukkan kapsul untuk orang dewasa."


"Bila dilihat dari filosofinya, puyer sesungguhnya merupakan sediaan yang bersifat darurat, artinya bentuk sediaan ini hanya stabil untuk masa yang pendek. . Tetapi jangan lupa bahwa apoteker dengan pertimbangan dan kewenangan profesionalnya memiliki hak untuk untuk mengeluarkan jaminan terhadap kerasionalan formulasi dan stabilitas puyer untuk waktu tertentu. Sehingga dengan adanya jaminan tersebut puyer tetap dapat dikonsumsi secara aman dan efektif. "


Yap..
Kalo kita mengacu pada
good pharmacy practise, apoteker memang yang bertanggung jawab penuh dan memiliki wewenang dalam proses pembuatan atau peracikan obat, misal puyer, dan menjamin kualitas dan stabilitas bentuk sediaan sehingga aman dikonsumsi oleh pasien. Apoteker dalam prakteknya,haruslah melakukan screening resep terlebih dahulu,sebagai proses pengoreksian agar kemungkinan adanya ketidakrasionalan penggunaan,maupun interaksi obat dapat ditekan seminim mungkin.Bisa jadi dokter (yang dalam kasus ini hanya berwewenang mendiagnosis penyakit pasien dan MENULISKAN RESEP,bukan membuat/menyerahkan obat langsung pada pasien...) melakukan sedikit kesalahan...dan Apoteker mengoreksinya....bila memang dirasa salah (misal,dosis terlalu tinggi), apoteker dapat mengusulkan pada dokter dan bertanya,mengapa dosis yang ditulis dalam resep sekian...apa tidak terlalu tinggi...atau bagaimana...




Namun pada kenyataannya memang sering terjadi penyimpangan..
Baik dari apotekernya sendiri maupun dari dokternya. Apoteker tidak selalu berada di apotek. dokter melakukan dispensing obat langsung kepada pasien meski ditengah kerumunan apotek. Ketidakhadiran apoteker di apotek menyebabkan tidak terselenggaranya good pharmacy practise secara optimal dan dokter yang melakukan pekerjaan kefarmasian (dispensing) luput dari mekanisme kontrol yang seharusnya tidak boleh terlewatkan dalam proses pengobatan.




Sejak tersiarnya POLEMIK PUYER...
Puyer yang dahulu termasuk obat yang sering dikonsumsi, khususnya anak-anak, kini tampaknya menjadi bahaya besar yang mengancam keselamatan masyarakat Indonesia.



Walau di beberapa negara puyer telah dihapus dan tidak diperbolehkan diberikan kepada pasien...sebenarnya Puyer masih bisa dipertahankan keberadaannya,kok,sepanjang apoteker mampu menerapkan good pharmacy practise secara memadai dalam praktek sehari-harinya di apotek. Dan sesungguhnya inilah salah satu wujud pharmaceutical care yang sangat dirasakan manfaatnya oleh pasien dari seorang apoteker.



Intinya,pada kasus ini....
Walau terpapar sekali kebobrokan....walau hanya sedikit sekali kemungkinannya terjadi...MENYEDIHKAN.ternyata memang terjadi.
Disini,tidak ada pihak yang boleh menyalahkan ataupun disalahkan.
Kesalahan tidak hanya terjadi pada apotekernya saja maupun dokternya saja. Namun seluruh komponen penyelenggara sistem kesehatan di Indonesia.

Inilah tantangan bagi para apoteker2 muda...bagaimana cara menjaga idealisme nya sehingga tidak terpengaruh oleh kenyataan yang sudah terlanjur terjadi dan bagaimana caranya mengubah semua kebobrokan yang terlanjur terjadi.


Jadi,



Seharusnya... Pemerintah maupun masyarakat memberi penghargaan yang lebih pada apoteker dan tidak melulu menganggap profesi apoteker berada di bawah dokter atau pembantu dokter. APOTEKER adalah REKAN DOKTER.








"Hormati kode etik masing2 profesi. Hilangkan keegoisan dari masing2nya. Wujudkan sistem kesehatan yang terbaik di Indonesia.Berubahlah untuk maju"

33 comments:

  1. Anonymous said...:

    hm...tapi ada satu hal di pikiran saya. EYE KILLER!!
    mata gw sakit.....
    tapi terserah deh, namanya juga diary

  1. terima kasih ya komennya mas iting.
    kapan2 coba belalakan mata anda lebih besar lagi sehingga sakitnya pun bertambah.

    haa..haaaaa...haaaaaa...

    "dear....diary ku ingin ceritaaa..kepadamuu...tentangnyaaa yang dulu singgah di hatiku.....tapi kini dia menghilang dan tak tahu entah dimana...diary ku...ku merindukannyaaaaa..pujaanku engkau ada dimanaaaa"

    nyanyi terusss!!

  1. Anonymous said...:

    blog baru semangat baru...
    comment..menarik juga tulisannya...

  1. @s4iga:terima kasih atas commentnya...
    doakan saya semoga terus aktif menulis tulisan2 yang lebih menarik lainnya....^^

  1. Anonymous said...:

    Comment dari seorang farmasi:

    coba perhatikan dilema ini
    * berapa persenkan farmasi yang sudah bekerja selama 10 tahun mempunyai mobil mewah??, dan
    * berapa persenkah dokter yang telah bekerja selama 5 tahun tidak mempunyai mobil mewah??

    = ditambah lagi dokter dispensing, yah gimana farmasi mau hidup makmur, kalau jalur hidupnya pun di makan orang yang sudah makmur.

    = mendingan ambil kedokteran ya, hampir sama sama susah, tapi hidup masa depannya makmur.(kalau di hitung2 break even point pendidikan mendingan jadi dokter, coba farmasi dengan pendapatan seadanya, bisa 40 thn belum BEP)


    * mengapa farmasi selalu dianggap sebagai pembantu dokter dan bukan sebagai rekan kerja.

  1. Anonymous said...:

    FARMASI sekarang banyak kesempatan kali mas anonymous...

    banyak celah yang akan membuat seorang farmasis (apoteker) kaya...kalau memang itu tujuannya...

    kuliah yang bener...
    lihat kesempatan apa yang emang lagi BOOM di dunia kesehatan...masuki...dan berkaryalah..bikin penemuan2 hebat....

    sepupu saya adalah seorang dokter...
    kuliah lama...susah...untuk menjadi dokter yang kaya juga susah...

    jadi intinya...
    USAHA maksimal bro...
    lihat kesempatan...
    biotek farmasi lagi oke juga tuh...jangan sempit bahwa apoteker cuma jagain apotek aja...

    ok...

    gw yakin,apoteker bisa KAYA kalo usaha lo juga GILA...

    semangat ah.

    jangan berasa madesu gtu...

  1. autumn girl said...:

    Hidup Farmasis!!!
    Farmasis adalah seorang ilmuwan sejati!!!
    tanpa farmasis dokter bukanlah apa2!!
    susah banget sekolah farmasi dibanding kedokteran,,so wajarlah lebih cepet kaya farmasis!!

  1. Unknown said...:

    sepakat!!!!

    menurut survey, pdapatan terbesar dr sebuah RS 60% adalah dr obat. sedangkan pdapatan dari konsultasi dokter dan tindakannya hanya 10%.
    jd sudah jelas bahwa farmasis memegang peranan yg sangat penting di RS dan sarana kesehatan lainnya.

    MAJU TERUS FARMASIS INDONESIA!!!!!!!

  1. SEPAKAT!
    hehehhee

    hidup farmasi indonesia!!!

  1. ALIFIANA said...:

    farmasi mang....
    the best dah......
    maju terus farmasi indonesia

  1. dimulai dengan peningkatan kompetensi diri tentunya...
    semangat!
    :D

  1. Mae said...:

    Mbak, slam kenal, aku ank SMA klas 3 yg msih bingung nntuin arah hdupnya kemana, hehe,,
    Tolong jawab pertanyaanku y mbak, mbak ngrasain bakal pusing ga klo msuk farmasi saat mbk SMA dn mmutuskan ambil jrusan itu?? apa blajar kuliahnya memusingkan??
    Syukron mbak buat jwban y... ^_^

  1. spica arumning said...:

    ga ada jurusan yang ga bikin pusing..semua tergantung gimana kita ngejalaninnya..

    farmasi pusing sih tapi pusing wajar kok...
    semangaaaat!!

  1. Anonymous said...:

    wah jadi terbuka lagi nih pikiranku, dah lama gak ke apotek lagi...

    terima kasih banyak ya spica...
    terus berkarya menulis dan infokan ke masyarakat luas...

    terapkan seven stars pharmacis...

    bravo farmasi unpad

  1. Alhamdulillah....
    majukan farmasi Indonesia!

  1. niissa said...:

    HIDUP FARMASIIIIIIIIIIIIIIIII...........!

    SALAM SEHAT.

  1. spica arumning said...:

    daripada sibuk perang dingin, mending perjuangkan dari dalam dengan meningkatkan kualitas diri :D

  1. Anonymous said...:

    gaji seorang orang apoteker di apotek belum sepandan bila harus terus berada di apotek bila buka, sehingga biaya kehidupan tidak terpenuhi.

  1. k said...:

    Maju terus Farmasi Indonesia, dengan tersedianya Obat bermutu, berkualitas & terjangkau masyarakat, kalian telah membuktikan bahwa kalian ada dan dekat ditengah2 masyarakat.

  1. saya sebagai salah satu mahasiswa farmasi , bangga dong .. I'm a pharmacyst.. this is my calling, this is my pride!!

  1. Anonymous said...:

    Jadi gimana tentang kasus di daerah terpencil yang tidak ada apoteknya? Mengapa tidak dijelaskan?
    Saya mahasiswa kedokteran,
    Dan memang benar apoteker dan dokter adalah partner. Tetapi bagaimana penyelesaian tentang pengobatan daerah terpencil? Mengapa pemerintah tidak mengadakan program PTT untuk apoteker? Dan maaf, bukannya membela profesi dokter, tetapi jika tidak boleh memberikan obat secara langsung dalam keadaan tertentu, bagaimana nasib para pasien? Harus ke kota jauh2 hanya untuk membeli obat sedangkan jika kita berbicara mengenai masyarakat daerah terpencil, transportasi, dan kondisi keuangan masyarakat setempat, ke kota hanya untuk membeli obat adalah sesuatu yang menguras tenaga dan keuangan. Bagaimana pendapat para apoteker dan calon2 apoteker Indonesia?

  1. Anonymous said...:

    dalam UU 51 tahun 2009 bab 2 pasal 22 menyatakan " Dalam hal di daerah terpencil yang tidak ada apotek, dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyai wewenang meracik dan menyerahkan obat kepada pasien dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan."
    Interpretasi saya dalam UU ini adalah dokter diperbolehkan meracik dan melayani obat kepada pasien tetapi yang menjadi realita atau fenomena saat ini adalah di kota-kota besarpun (seperti saya di Denpasar) masih menemukan kasus dispensing oleh dokter dan sangat banyak malah, yang menjadi aksentuasi pada semua kasus ini adalah mental kita, mental tenaga kesehatan, yang jangan melulu memikirkan keuntungan. Saya bukan orang yang munafiklah ya kalo saya juga akan memikirkan keuntungan, tetapi satu hal yang harus diterapkan, kesesuaian peranan dan profesi yang harus diproporsionalkan. Jika Dokter berperan dalam mendiagnosis dan membuat peresepan obat kenapa harus turut serta dalam pelayanan obat kepada pasien (yang dalam hal ini artinya tenaga kefarmasian ga berlaku dong). Jika apoteker berperan dalam pelayanan obat, memberikan konseling kepada pasien tentang penggunaan obat dan sebagai pengkoreksi peresepan obat untuk pengobatan yang rasional harusnya bisa mengoptimalkan peran ini. Yang menjadi masalah besar adalah mental kita yang masih terjajah dengan UANG.
    Ada dokter harus ada apoteker dalam diagnosis penyakit dan pelayanan obatnya!

  1. N said...:

    Farmasi:"""
    Gue dlu Nggak tertarik jurusan kesehatan. Pas masuk farmasi, kuliahnya minta ampun capek pake banget. Pulang magrib mulu, sampai rumah belajar lagi buat persiapan besok:" sungguh perjuangan yang mati2an. Masuk Susah keluarnya juga susah. Senior gue Kuliah d kedokteran bangga banget liat gue d farmasi, dia juga bilang kau farmasi lebih sulit dari jurusan dia. Sama sulit sih sebenarnya, punya porsi capeknya masing2. Selamat berjuang! Semoga sama2 suksesnya❤

Post a Comment